Tuesday, November 24, 2009

Penokohan dalam sastra lama

Penokohan dalam sastra Idonesia lama dilakukan dengan cara yang khas, yaitu dengan bentuk simile. Hal itu dilakukan untuk memberikan nuansa perbandingan dalam pemaparannya. Bentuk seperti itu dipakai secara terus-menerus oleh pengarang sastra Indonesia lama menjadi bentuk klise.
Bentuk klise dalam penokohan sastra lama ternyata disukai orang. Dengan demikian, ada kecenderungan untuk menjadikan bentuk klise tersebut sebagai suatu bentuk yang tidak boleh diubah-ubah lagi. Sebagai contoh, apabila hendak menggambarkan keelokan pipi seorang gadis, seorang pengarang akan mengungkapkannya dengan ungkapan berikut.


Pipinya pauh dilayang

Ungkapan itu digunakan untuk menggambarkan bentuk pipi yang indah. Pipi tersebut tidak membulat seperti telur, tetapi pipih merata seperti buah mangga yang disayat..
Tulis Sutan Sati menggambarkan seorang tokoh dengan bentuk simile. Deskripsi yang diberikan oleh Tulis Sutan Sati berikut ini memperlihatkan penggambaran kecantikan Sabai Nan Aluih.
Rupanya kuning kemerah-merahan
Bak tebu didalam lalang
Bak udang kepalang tanggang
Tidak dapat ditentang nyata
Rambut keriting gulung tiga
Telinga jerat tertahan
Bulu mata semut beriring
Hidung bagai dasun tunggal
Mungking kita tidak dapat melihat keindahan “tebu di dalam lalang” atau “udang kepalang tanggang”. Akan tetapi, kita dapat menangkap suasana kecantikan seseorang yang digambarkan oleh dua ungkapan itu. Kita tidak melihat keindahan “jerat tertahan”, tetapi suasana kecantikan muncul akibat keseimbangan perbandingan dengan memanfaatkan permainan bunyi yang serasi. Bagaimana indahnya “semut beriring” dalam mengungkapkan keelokan bulu mata seorang gadis, mungkin tidak penting. Akan tetapi, suasana yang ditimbulkan oleh bunyi dan kata itu membentuk gambaran kecantikan yang dimiliki seorang gadis.
Kenyataan pada pemaparan yang telah diuraikan tersebut menunjukkan bahwa bentuk perbandingan atau simile dalam sastra lamaitu digunakan untuk mengungkapkan kecantikan seorang tokoh. Dengan demikian, gambaran tokoh tersebut terasa lebih konkret dan lebih hidup.